Hi yang di sana. Aku menyadari sesuatu hari ini. Aku memiliki tingkat keberhasilan nol persen dalam berhubungan di sepanjang hidupku. Nol persen. Gagal total. Aku memulai setiap hubungan dengan optimis penuh harapan dan meletakkan hatiku ke dalamnya, tetapi selalu tidak pernah berhasil. Gagal dan gagal lagi – hal ini benar-benar meruntuhkan harga diriku, kau tahu? Bertanya-tanya apa yang salah dengan diriku di dunia ini. Mengapa aku tidak dapat menemukan cinta ketika semua teman-temanku bisa?
Tapi aku tahu, jauh di lubuk hati, itu hanya karena aku belum bertemu dengan orang yang tepat. Aku belum menemukanmu. Hanya memikirkan ini membuat jantungku berdegup. Aku merasa seperti duduk di roller-coaster – Kau tahu bagian di mana kereta pelan-pelan berjalan ke atas dan berhenti sejenak sebelum meluncur kencang dan berkelok? Aku berada di atas sekarang, menunggu untuk bertemu denganmu sehingga kita bisa menjalani petualangan ini seumur hidup bersama-sama. Tapi ada beberapa hal yang harus aku bicarakan denganmu.
Kamu mendapat istri yang tidak sempurna.
Aku harus mengakui: Menyetrika membuatku sangat stres. Aku harus menata seluruh isi lemari dengan begitu banyaknya pakaian yang bebas kerutan. Jadi tolong, mohon mengertilah bahwa bukan berarti aku tidak ingin menjadi istri yang membantu. Aku hanya benar-benar benci menyetrika. Ini penyiksaan bagiku. Tapi aku suka melipat baju! Kita bisa membuat kesepakatan tentang hal ini, kan? Dan penyejuk udara. Udara dingin buatan manusia menggangguku. Aku tidak menyukainya. Aku harap kamu tidak sepenuhnya bergantung pada barang itu. Ya, itulah kebiasaanku dan aku cukup tidak bisa berkompromi dengan itu.
Dan aku mendapati diriku tumbuh semakin dan semakin sinis. Saat kita pertama kali bertemu, aku mungkin sedikit menjauh, selalu mencari hal-hal yang bisa menjadi suatu kesalahan. Berpikir yang terburuk, takut bila kamu mungkin akan berselingkuh seperti mantan-mantanku. Pikiran patah hati masa lalu tidak pernah jauh dari benakku. Bahkan sekarang, di saat sedang stres emosional, aku terkadang masih punya mimpi buruk tentang mantan-mantanku tersebut. Pada kenyataannya, kita semua sudah moved on, tapi dalam mimpiku, mereka terus mengkhianati diriku, lebih dan lebih.
Aku sebelumnya ingin berterima kasih padamu karena telah membuktikan bahwa aku salah, selalu dekat denganku, meneleponku saat kau berkata akan melakukannya – semua hal-hal kecil yang kamu tahu itu berarti bagiku, hingga aku benar-benar percaya padamu. Terima kasih telah melenyapkan rasa kekhawatiranku dan membuatku merasa aman dan bahagia. Terima kasih telah menjadi pelabuhanku.
Aku tidak menginginkan seorang Prince Charming.
Butuh waktu lama untuk mempelajari hal ini. Aku punya pandangan yang idealis, meskipun agak kabur, tentang pria sempurna. Aku selalu berusaha untuk menemukannya. Kemudian suatu waktu, pria yang kukencani menantangku atas kepicikan diriku terhadapnya. Aku benar-benar terkejut. Aku, apa artinya? Bagiku, sarkasmeku adalah diriku yang menjadi cerdas dan lucu. Tapi setelah aku menempatkan diriku menjadi dirinya dan mengulang obrolan kami, aku meringis dan merasa benar-benar ngeri.
Waktu itu adalah hari perenungan. Untuk pertama kalinya, saat tiba menilai suatu hubungan, membuatku melihat ke dalam diriku sendiri. Aku melihat bahwa diriku bukan pasangan yang sempurna, dan itu bukan hanya tentang sarkasme, yang sudah sejak lama kusombongkan. Aku ingin kita selalu dapat berbicara satu sama lain dengan jujur, dan mendorong satu sama lain untuk terus memperbaiki kelemahan kita dan menjadi orang yang lebih baik.
Aku penasaran seperti apa dirimu. Aku sering bertanya-tanya di mana kita akan bertemu. Siapa namamu. Bagaimana tampangmu. Dalam lamunanku, terkadang kamu seorang pengembara. Kadang, seorang ninja. Lain waktu, seorang pustakawan. Aku tahu mungkin aku sangat melenceng, tapi aku tidak bisa menahan lamunan konyolku dan tersenyum sendiri. Aku rasa ini hanyalah pikiran acak, bukan hal yang terpenting.
Pada akhirnya, aku ingin kau tahu bahwa aku akan selalu siap membantumu. Ini adalah janjiku kepadamu. Aku tidak sabar bertemu denganmu dan menua bersama.
Yang tersayang, istri masa depanmu